Senin, 19 Agustus 2013

Antara Way Kambas, Kemplang dan Andhika Eks Kangen Band (Part I)

Ya ampun, entah iblis apa yang merasuki saya sehingga memasukkan nama Andhika Eks kangen band di judul postingan saya kali ini. Tenang, saya gak akan berbicara tentang si laki-laki dengan sejuta (?!!) pesona ini. Saya hanya akan bercerita tentang apa yang saya lewati selama saya ke Lampung.

Baru-baru saja, iya, baru aja, baru 3 hari yang lalu, saya balik dari sebuah long-padat-berisi trip ke Lampung. Rasanya, sudah 5 tahunan lebih saya gak ke sana. Lampung emang kampung halaman nyokap. Keluarga beliau juga masih di sana semua, alhamdulilah.

Perjalanan di mulai hari Rabu, pas hari lebaran. Itu sudah jadi kebiasaan keluarga saya buat mudik di hari H, menghindari macet. Lagian, nyokap termasuk kepala geng di tempat saya tinggal, jadi gak enak rasanya kalo mudik tapi belom maaf-maafan sama tetangga-tetangga dekat rumah.

Berbekal packing seadanya (2 tas!!), saya, 8 orang lainnya dan juga tumpukan tas serta oleh-oleh pun siap untuk berangkat. Tahun ini memang sedikit berbeda, biasanya saya sekeluarga mudik ke Solo. Tapi, tahun ini adalah Lampung escape yang sudah lama tertunda. Entah, nyokap bilang she misses her home so much. Terlebih, dalam itinerary kami bakal ada besuk mbah Ibu. Beliau adalah eyang dari Ibu saya, yuppi, buyut if we can say. Jam setengah 2 siang, setelh adegan tangis menangis karena bokap gak bisa ikut, kami pun berangkat, terutama saya, berangkat dengan hati galau campur senang. Entahlah, it just feels so different. Ah mungkin saya hanya too excited :)

Dok. Google Image plus my Blackberry phone

Jadilah saya berangkat via darat dan sampai di Lampung (utara, for sure). Saya tiba malam hari dan langsung mandi kemudian tidur pulas *lol*

Besoknya, saya cuma leha-leha aja. Gak terlalu banyak aktivitas soalnya this is not my territory jadi ada baiknya saya nontong tv dan istirahat aja. Sebenernya, ada yang menarik dari daerah Mekar Asri ini. di sini, kalian bakal ketemu dengan desa-desa yang unik. Yang paling saya suka, ada kampung Bali. Suasana dan segala rumah suasana Bali banget. Baunya juga. Love it. Saya bukan Bali fanatic tapi kalo melewati kampung ini rasanya seperti bukan lagi ada di Lampung. Di kampung tempat destinasi pertama saya, kampung Jawa. Emang namanya bukan kampung jawa sih, tapi kalian all you can hear here is boso jowo :)) Di sini, saya masih bersahabat dengan sinyal walopun musuhan dengan colokan. Karena rumah sederhana, colokan gak sebanyak colokan di rumah jaman sekarang (oke, saya gadget addict, bully me)

Destinasi kedua, ke Lampung selatan. Alamak, dari utara ke selatan. Rasanya pantat saya sudah khatam dengan dudukan mobil. Jalannya, jangan ditanya. Sepertinya fasilitas dan prasarana emang belom menyerluruh di Lampung ini. Sebut aja jalan ke Ketapang, Lampung utara yang sukses membuat kami semobil goyang dombret saking halusnya jalanan. Ada juga jalan ke Batupatah, harusnya lemak saya juga luntur seiring bergoyangnya tubuh saya, tapi nihil :)) lemak semakine rat melekat. Sampai di Batupatah, saya musuhan dengan sinyal. EDGE di Blackberry saya juga semacam dua sejoli yang PHP. Nampak tapi tak pasti.

Pas perjalanan ke sini, kami melewati Teluk Betung (semoga namanya benar). Romantisnya, ketika lewat sini pas senja. Matahari mulai turun, angin masih semilir. Ah masih terekam jelas di ingatan saya suasana saat itu. Untuk menuju Batupatah ini butuh perjuangan. Dari daerah Gedong air, kira-kira masih berjam-jam lamanya :)) jalanannya? Jangan ditanya deh. Bayangkan jalanan berliku-liku, menanjak, belum aspal dan bekas hujan. Syukurlah saat itu, cuaca cerah, padahal sebelumnya mendung udah sempat menggertak. Sampe di sana, worth it. Cuma ada gunung dan kebun coklat, kopi juga duren. Eh ada kelapa juga.

Sebelum sampe di sana, saya melewati satu kampung yang namanya Batucepit. Kata nyokap, ini daerah misterius. Soalnya kawasan ini dulunya adalah tempat pelarian. Bukan pelarian dari mantan ya, tapi pelarian dari PKI.

Selanjutnya, di part II (too long to write)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar