Sabtu, 24 Agustus 2013

[WishList] Gigstoreonline, Aduh, Saya Lapar Mata

*masuk blog sambil bawa kemoceng* *bersih-bersih blog*


Minal Aidin wal Faidzin yaa.. Maafkan kalau ada kata-kata di blog saya yang super random ini memang agak random dan kacau. Terlebih, kadang saya ngeblog juga dalam keadaan PMS jadi kalimatnya ya begitulah :)) Maafkan yaaa ~

Siang ini di kantor, di percakapan saya dan teman-teman lewat YM, muncullah sebuah onlineshop. Teteup ya, wanita lekat dengan belanja. Dan saya yang sedang PMS juga lagi tinggi-tingginya. Nafsu makan, nafsu belanja dan nafsu punya pacar *curhat* jadi makin tinggi. Hahaha...

Adalah Gigstoreonline ini muncul dan terklik di tab browsing saya. Alamak, lucu nian barangnya *gelap mata* Konsep blog storenya masih sederhana sih. Super simple kalau saya boleh bilang, tapi I love simple :)

Nah, di store online ini cuma ada beberapa kategori (itu saja sudah cukup bikin saya ngiler). Sayangnya, kenapa ini akhir bulan? Kenapa di akhir bulan saya menemukan barang-barang yang lucu. Kenapaa??? *nangis sambil hujan-hujanan ala sinetron*

Cussss..... Ini dia wishlist saya. Semoga bisa terpenuhi seiring dengan terpenuhinya digit di rekening saya *lol*


 Tas Kanvas Vintage IDR 230k *
Pengen yang satu ini soalnya lagi mupeng banget pengen tas sling yang bisa muat banyak tapi tetep keliatan oke

Kiri : K892, IDR 14.800, Kanan : K109, IDR 18.100 *

Desainnya super cute, iya gak sih?   



Kiri : K271-2, IDR 38.500, Kanan : K246-5, IDR 15.500 *

Yang kiri, saya punya visi untuk memakainya kalau saya lagi hijab ala turban gitu. Yang kanan, naksir aja dari pertama lihat *love*

* semua gambar copyright Gigstoreonline

 Sudah tak sabar menunggu digit di rekening saya untuk segera bertambah. Atau ada yang mau duluan kasih saya kado (padahal desember masih lama) ? Hehehe.... 


Salam kecup mesra :* :* 


 

Senin, 19 Agustus 2013

Antara Way Kambas, Kemplang dan Andhika Eks Kangen Band (Part II)

Lanjut...

Jadi di jalanan kampung ini memang terkenal sepi. Dulunya, banyak orang yang ditembak secara misterius. Bahkan kata nyokap, gak jarang ada mayat yang entah siapa, dibuang atau ditembak di tempat, gak pernah ada yang tahu. Seperti yang sudah saya bilang, Batucepit ini memang misterius. Jadi agak horor pas lewatnya. Plusnya, kampung-kampung di sini ini masih belum dapet listrik. Dari jaman nyokap masih kecil, listrik cuma nyala (dan pake diesel, bukan vin diesel) dari jam 5 sore sampe jam 11 malem. Kami jadi punya julukan kampung-kampung ini 'desa 11'. Memburu waktu, kami gak mau sampe tempat pas listrik sudah mati. tapi, medan yang sangat terjal ini bikin saya pingin putar balik saja. Mungkin, kalau tidak ingat tujujan awal adalan besok mbah Ibu, saya gak mungkin sampe di tempat.

Syukurlah, kami sampe jam setengah 9 malam. Listrik masih nyala, seadanya. Saya cuma sempat cuci muka dan kaki, bergegas tidur. FYI aja, saya takut gelap jadi lebih baik tidur duluan daripada harus keringat dingin gegara gelap. Besoknya, saya coba cari sinyal. Ada, tapi ya itu tadi, PHP. Kalo kata Bruno Mars 'easy come, easy go'. Siangnya, kami bergegas ke tujuan  terakhir, Kotaagung. Ini juga masuk kabupaten Tanggamus. Totally, mudik kali ini saya relakan untuk nyokap tercinta yang sangat pengen pulang ke Lampung walopun harus goyang dombret dan parno lewat jalan gelap.

 Beberapa foto yg saya ambil dengan Blackberry phone :))

Ada kalanya menyadari, bahagia itu sederhana (c) dadoddlittlegirl. Lampung, 2013

Di tempat terakhir, saya bertemu keluarga besar nyokap. Ada bibi-bibi yang super rumpik dan om yang super duper royal :)) ah kesempatan, mumpung masih lajang jadi gak ada tanggungan untuk ngasi angpao :)) Ponakan saya gak bisa diitung saking banyaknya. Besok sorenya, saya sempatkan ke pantai. Entah, saya sedang rindu pantai. Esok paginya, saya balik. Perjalanan harus segera disudahi.Saya dan beberapa orang lainnya punya pe-er masing-masing pas kembali ke Malang.

Mudik ini memang berbeda dari tahun sebelumnya. gak ada Solo, yang ada Lampung. Lampung katanya khas dengan Way Kambas. Saya bahkan belum pernah ke sana, mungkin nanti :) Lampung bagi saya juga identik dengan Kemplang, kerupuk yang bakal dengan gampang ditemui di deket Bakauheni dan sekitarnya. Lampung bagi beberapa orang mungkin juga bakal identik dengan Andhika eks Kangen Band yang katanya punya aura dan sejuta pesona (?!!) Lampung kali ini menyimpan banyak cerita. Saya jadi tahu, sedikit sejarah hidup nyokap karena ada di sini. Saya jadi tahu ada satu daerah di Indonesia yang masih minim listrik dan fasilitas seadanya tapi masyarakatnya hidup tenang tanpa banyak keluhan. Saya juga jadi tahu bahwa hidup bahagia itu kadang hanya berbekal kesederhanaan. Saya dan mulut yang suka mengeluh ini jadi tahu apa itu bersyukur, apa itu hidup sederhana, apa itu menerima sesuatu apa adanya karena ini lah adanya. Saya juga tahu bahwa apa yang saya baca di buku, saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Terima kasih, Lampung :)

Pada akhirnya, Lampung bukan hanya melulu tentang Way Kambas, bukan juga melulu tentang kerupuk Kemplang atau bahkan tentang Andhika eks kangen band atau band Hijau Daun. Lampung punya satu lembar cerita buat saya dan sudah saya tulisi. Lampung juga masih punya berjuta lembar kosong yang siap saya jelajahi, nanti, ketika saya kembali ke Lampung lagi :)

Antara Way Kambas, Kemplang dan Andhika Eks Kangen Band (Part I)

Ya ampun, entah iblis apa yang merasuki saya sehingga memasukkan nama Andhika Eks kangen band di judul postingan saya kali ini. Tenang, saya gak akan berbicara tentang si laki-laki dengan sejuta (?!!) pesona ini. Saya hanya akan bercerita tentang apa yang saya lewati selama saya ke Lampung.

Baru-baru saja, iya, baru aja, baru 3 hari yang lalu, saya balik dari sebuah long-padat-berisi trip ke Lampung. Rasanya, sudah 5 tahunan lebih saya gak ke sana. Lampung emang kampung halaman nyokap. Keluarga beliau juga masih di sana semua, alhamdulilah.

Perjalanan di mulai hari Rabu, pas hari lebaran. Itu sudah jadi kebiasaan keluarga saya buat mudik di hari H, menghindari macet. Lagian, nyokap termasuk kepala geng di tempat saya tinggal, jadi gak enak rasanya kalo mudik tapi belom maaf-maafan sama tetangga-tetangga dekat rumah.

Berbekal packing seadanya (2 tas!!), saya, 8 orang lainnya dan juga tumpukan tas serta oleh-oleh pun siap untuk berangkat. Tahun ini memang sedikit berbeda, biasanya saya sekeluarga mudik ke Solo. Tapi, tahun ini adalah Lampung escape yang sudah lama tertunda. Entah, nyokap bilang she misses her home so much. Terlebih, dalam itinerary kami bakal ada besuk mbah Ibu. Beliau adalah eyang dari Ibu saya, yuppi, buyut if we can say. Jam setengah 2 siang, setelh adegan tangis menangis karena bokap gak bisa ikut, kami pun berangkat, terutama saya, berangkat dengan hati galau campur senang. Entahlah, it just feels so different. Ah mungkin saya hanya too excited :)

Dok. Google Image plus my Blackberry phone

Jadilah saya berangkat via darat dan sampai di Lampung (utara, for sure). Saya tiba malam hari dan langsung mandi kemudian tidur pulas *lol*

Besoknya, saya cuma leha-leha aja. Gak terlalu banyak aktivitas soalnya this is not my territory jadi ada baiknya saya nontong tv dan istirahat aja. Sebenernya, ada yang menarik dari daerah Mekar Asri ini. di sini, kalian bakal ketemu dengan desa-desa yang unik. Yang paling saya suka, ada kampung Bali. Suasana dan segala rumah suasana Bali banget. Baunya juga. Love it. Saya bukan Bali fanatic tapi kalo melewati kampung ini rasanya seperti bukan lagi ada di Lampung. Di kampung tempat destinasi pertama saya, kampung Jawa. Emang namanya bukan kampung jawa sih, tapi kalian all you can hear here is boso jowo :)) Di sini, saya masih bersahabat dengan sinyal walopun musuhan dengan colokan. Karena rumah sederhana, colokan gak sebanyak colokan di rumah jaman sekarang (oke, saya gadget addict, bully me)

Destinasi kedua, ke Lampung selatan. Alamak, dari utara ke selatan. Rasanya pantat saya sudah khatam dengan dudukan mobil. Jalannya, jangan ditanya. Sepertinya fasilitas dan prasarana emang belom menyerluruh di Lampung ini. Sebut aja jalan ke Ketapang, Lampung utara yang sukses membuat kami semobil goyang dombret saking halusnya jalanan. Ada juga jalan ke Batupatah, harusnya lemak saya juga luntur seiring bergoyangnya tubuh saya, tapi nihil :)) lemak semakine rat melekat. Sampai di Batupatah, saya musuhan dengan sinyal. EDGE di Blackberry saya juga semacam dua sejoli yang PHP. Nampak tapi tak pasti.

Pas perjalanan ke sini, kami melewati Teluk Betung (semoga namanya benar). Romantisnya, ketika lewat sini pas senja. Matahari mulai turun, angin masih semilir. Ah masih terekam jelas di ingatan saya suasana saat itu. Untuk menuju Batupatah ini butuh perjuangan. Dari daerah Gedong air, kira-kira masih berjam-jam lamanya :)) jalanannya? Jangan ditanya deh. Bayangkan jalanan berliku-liku, menanjak, belum aspal dan bekas hujan. Syukurlah saat itu, cuaca cerah, padahal sebelumnya mendung udah sempat menggertak. Sampe di sana, worth it. Cuma ada gunung dan kebun coklat, kopi juga duren. Eh ada kelapa juga.

Sebelum sampe di sana, saya melewati satu kampung yang namanya Batucepit. Kata nyokap, ini daerah misterius. Soalnya kawasan ini dulunya adalah tempat pelarian. Bukan pelarian dari mantan ya, tapi pelarian dari PKI.

Selanjutnya, di part II (too long to write)