Senin, 19 Agustus 2013

Antara Way Kambas, Kemplang dan Andhika Eks Kangen Band (Part II)

Lanjut...

Jadi di jalanan kampung ini memang terkenal sepi. Dulunya, banyak orang yang ditembak secara misterius. Bahkan kata nyokap, gak jarang ada mayat yang entah siapa, dibuang atau ditembak di tempat, gak pernah ada yang tahu. Seperti yang sudah saya bilang, Batucepit ini memang misterius. Jadi agak horor pas lewatnya. Plusnya, kampung-kampung di sini ini masih belum dapet listrik. Dari jaman nyokap masih kecil, listrik cuma nyala (dan pake diesel, bukan vin diesel) dari jam 5 sore sampe jam 11 malem. Kami jadi punya julukan kampung-kampung ini 'desa 11'. Memburu waktu, kami gak mau sampe tempat pas listrik sudah mati. tapi, medan yang sangat terjal ini bikin saya pingin putar balik saja. Mungkin, kalau tidak ingat tujujan awal adalan besok mbah Ibu, saya gak mungkin sampe di tempat.

Syukurlah, kami sampe jam setengah 9 malam. Listrik masih nyala, seadanya. Saya cuma sempat cuci muka dan kaki, bergegas tidur. FYI aja, saya takut gelap jadi lebih baik tidur duluan daripada harus keringat dingin gegara gelap. Besoknya, saya coba cari sinyal. Ada, tapi ya itu tadi, PHP. Kalo kata Bruno Mars 'easy come, easy go'. Siangnya, kami bergegas ke tujuan  terakhir, Kotaagung. Ini juga masuk kabupaten Tanggamus. Totally, mudik kali ini saya relakan untuk nyokap tercinta yang sangat pengen pulang ke Lampung walopun harus goyang dombret dan parno lewat jalan gelap.

 Beberapa foto yg saya ambil dengan Blackberry phone :))

Ada kalanya menyadari, bahagia itu sederhana (c) dadoddlittlegirl. Lampung, 2013

Di tempat terakhir, saya bertemu keluarga besar nyokap. Ada bibi-bibi yang super rumpik dan om yang super duper royal :)) ah kesempatan, mumpung masih lajang jadi gak ada tanggungan untuk ngasi angpao :)) Ponakan saya gak bisa diitung saking banyaknya. Besok sorenya, saya sempatkan ke pantai. Entah, saya sedang rindu pantai. Esok paginya, saya balik. Perjalanan harus segera disudahi.Saya dan beberapa orang lainnya punya pe-er masing-masing pas kembali ke Malang.

Mudik ini memang berbeda dari tahun sebelumnya. gak ada Solo, yang ada Lampung. Lampung katanya khas dengan Way Kambas. Saya bahkan belum pernah ke sana, mungkin nanti :) Lampung bagi saya juga identik dengan Kemplang, kerupuk yang bakal dengan gampang ditemui di deket Bakauheni dan sekitarnya. Lampung bagi beberapa orang mungkin juga bakal identik dengan Andhika eks Kangen Band yang katanya punya aura dan sejuta pesona (?!!) Lampung kali ini menyimpan banyak cerita. Saya jadi tahu, sedikit sejarah hidup nyokap karena ada di sini. Saya jadi tahu ada satu daerah di Indonesia yang masih minim listrik dan fasilitas seadanya tapi masyarakatnya hidup tenang tanpa banyak keluhan. Saya juga jadi tahu bahwa hidup bahagia itu kadang hanya berbekal kesederhanaan. Saya dan mulut yang suka mengeluh ini jadi tahu apa itu bersyukur, apa itu hidup sederhana, apa itu menerima sesuatu apa adanya karena ini lah adanya. Saya juga tahu bahwa apa yang saya baca di buku, saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Terima kasih, Lampung :)

Pada akhirnya, Lampung bukan hanya melulu tentang Way Kambas, bukan juga melulu tentang kerupuk Kemplang atau bahkan tentang Andhika eks kangen band atau band Hijau Daun. Lampung punya satu lembar cerita buat saya dan sudah saya tulisi. Lampung juga masih punya berjuta lembar kosong yang siap saya jelajahi, nanti, ketika saya kembali ke Lampung lagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar